Get your own Digital Clock

Kamis, 29 Desember 2011


KASIH AYAH YANG TAK TERKISAH OLEH SEORANG ANAK
(kisah aku)


Hari ini aku ingin mengingat sejenak akan jasa seseorang yang jarang terkisahkan dalam kehidupan nyata, termasuk kehidupanku. Karena setiap detik, orang yang selalu terpikirkan hanyalah ibu. Seperti Mencium pipinya saat akan ke sekolah atau saat kita akan berangkat jauh untuk merantau. Mungkin ini emang bukan kesalahan fatal dari ibu. Karena hanya dari rahimnyalah kita bisa menikmati indahnya dunia ini. Dan karena ibu juga, kita mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang lebih.

Tapi sadarkan kita ?? seseorang disana telah menangis haru melihat kita yang beranjak dewasa lewat curahan keringatnya. Berharap agar kita bisa bermanja selayaknya yang kita lakukan pada ibu. Namun semua itu mustahil menurutnya. Karena ia sadar, sikapnya ketika ia mengajari kita dan menasehati kita, mungkin terlalu kasar. Sehingga membuat kita takut untuk berada didekatnya. Tapi taukah engkau ?? dia tak pernah menunjukkan keinginannya. Ia selalu berusaha tegar, meyakinkan kita agar terlihat tak terjadi apa-apa. Walaupun separuh hatinya menangis sedih, namun semua menjadi sedikit reda saat kita bergabung dalam sebuah acara makan malam bersama-sama.

Sadarkah engkau ?? saat malam tiba, dia tak bisa tidur saat teringat akan hari esok. Mencoba mencari cara, agar kita tak mengetahui kalau ia sedang tak punya uang. Memikirkan cara agar kita bisa menyantap makanan saat kita lapar dan lelah sewaktu kita pulang sekolah. Tapi sayangnya kita tak pernah tau. Yang kita tau hanyalah tidur dengan lelap, makan dengan lauk yang enak, dan marah-marah saat dia bilang ia lagi gak punya uang. Padahal sebenarnya dia telah berusaha semampunya untuk memenuhi keinginan kita. Bahkan meminta-mintapun akan dia lakukan demi membuat kita tertawa.

Aku dulunya juga begitu. Menjalani hidup dengan keegoisan dan emosional. Suka ngambek kalo keinginanku gak tercapai. Marah-marah padanya, saat ia gak memenuhi keinginanku. Padahal sebenarnya, permintaanku bukanlah suatu kewajiban yang harus dipenuhi. Karena mungkin aku meminta itu hanya untuk berfoya-foya dengan teman-temanku, atau aku pakai untuk  jalan dengan pacarku. Sedangkan ia harus memikirkan adik-adikku, membayar hutang dan memenuhi kebutuhan keluargaku. Tapi apa mau dikata, aku tak pernah menyadari itu. Yang aku tau, hanyalah keinginanku yang harus tercapai.

Tapi kini aku merasakannya. Saat ia telah renta dan mulai sakit-sakitan, aku baru menyadari betapa pentingnya ia bagi kehidupanku. Dan satu hal yang sangat aku sedihkan, saat ia sakit, aku tak berada didekatnya. Dan aku gak bisa melihatnya. Atau sekedar memegang tangannya yang mulai mengering dan terkulai lemas.

Ohhh ayah, maafkan aku dengan segala kesalahanku . . . . .




Rasa sayang yang lain yang di beri
Senyuman selalu menjadi obat mujarab
Walaupun suatu kadang harus berperang 
Melawan kumis tebal untuk melihat senyum terbaik itu

Berperasaaanku untuk selalu di dekatnya
Aku terpisah oleh rasa benci bila dia ku gapai
Dia mungkin saja beku oleh hati
Hati yang membuatnya selalu benci akan diri sendiri

Disini aku hanya mewakili
Sejuta umat negri yang sangat mencintai
Suatu sosok simbolik yang berjuang meraih mimpi
Kadang hatinya merintih tapi tak bisa diberi

Aku begitu mencintai yang satu ini
Cinta ini mungkin terlalu tabu…
Tapi, kadang aku harus takut
Cinta Tuhan harus Memanggilnya pergi

Aku takut… takut diri ini goyah
Ketika melihat senyuman itu sudah tak bernyawa lagi
Iman ku harus menjawab
Bahwa dia bukan milikku…

Ayah… ku sebut namamu di sini
Aku ingin tangisanku lebur oleh karang
Entah apa yang terjadi dalam tulisan ini
Aku tak bisa melihat pasti kalau ini sebuah tanda terima kasih…

Ayah… 
Setiap marahmu adalah kebaikan
Setiap senyummu adalah ketenangan
Walau sulit untuk menggapaimu, tapi aku ingin kau tahu
Apapun dirimu, engkau tetap Ayahku….


share

0 komentar: